Minggu, 20 Maret 2016

DI UJUNG KESUKSESAN

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Perjalanan hidup tidaklah panjang, akan tetapi terlihat panjang karena anda melakukan tanpa rasa sayang pada apa yang anda kerjakan...


Setelah lengkap dalam hidupku, mulai dari istri yang baik, anak yang lucu, dan usaha yang mapan. Terlintas dalam pikiranku, inilah yang dinamakan hidup. Sungguh indah jika di angan-angan.

Tetapi hatiku kenapa merasa tak bisa menerima seakan memberontak. Terlintas dalam benakku " Ini bukanlah sebuah arti dari tujuan hidupku.

Hatiku belum puas, seakan semua ini tidak cukup. Bukan karena murka ku yang terlena keindahan dunia. Melainkan ini sebuah tugas Tuhan kepadaku sebagai khalifah di dunia.

Bagaimana Tuhan, agar aku bisa menjadi adil & bijaksana.
Tiap hari aku berfikir,
Bagaimana cara menjaga keluargaku, karena itu titipan dari-Mu.
Bagaimana aku menjaga pekerjaanku karena itu titipan dari-Mu.
Bagaimana aku menjaga harta dan tahta ku karena itu juga titipan dari-Mu.

Sungguh aku sangat tajut kelalaian akan amanah-Mu. Aku berusaha menjaga keluargaku, tapi aku belum tau apakah sudah adil & bijak terhadap karunia-Mu.

Aku berusaha menjaga hartaku, tapi aku belum tau apa sudah adil & bijak dalam membagi setengah dari rizki-Mu.

Aku berusaha menjaga tahtaku, tapi juga belum tau apa sudah adil & bijak pada bawahan yang Engkau sandarkan pada bahuku.

Betapa kecil dan terbatasnya kemampuanku. Terasa belum sama sekali aku membalas syukur atas semua rahmat-Mu.

Aku mengerti harus apa, tapi sungguh dosa sering melalaikannya.
Memang benar kata pepatah "kalau semakin banyak ilmu pengetahuan maka semakin sulit untuk mengamalkan. Sejengkal kaki pun sudah memiliki makna. Satu hembusan nafas bermakna pula"

Hanya mampu aku istighfar dalam setiap desiran nafas, untuk memohon ampun atas segala dosa. Dan selalu bersyukur atas segala berkah.

Akan tetapi bersyukur tidaklah semudah melafadzkan Alhamdulillah. Dalam menuju syukur banyak syarat yang harus dikerjakan. Semisal diawali dengan usaha yang maksimal, sabar, tawakkal, tawaddu' dan bersedekah.

Sedangkan aku untuk awal saja sudah sering mengelu akan usaha dan keringatku. Bagaimana caraku untuk bersyukur kepada-Mu.

Apalagi untuk bisa sabar, kalau nafsu amarah saja sering memuncak tak terkendalikan. Untuk tawakkal dan tawaddu'  sudah jelas tambah susah belajarnya.

Dan sedekah disini sangatlah relatif, Besar kecil nilai bukan aku yang menilai, bukan juga dari besar kecil nilai rupiah. Aku hanya bisa berharap semoga sudah adil & bijaksana. Meski jelas yang aku dapat hanya pahala sebutiran debu dari Tuhan. Karena meraih pahala berlimpah tidak semuda memasukkan uang Rp.5000,- kedalam kotak amal.

Dari mana aku bisa memaknai arti alhamdulillah. Aku lanjutkan berpikir dan belajar terus untuk bisa meraih jannah...

Tulisan dari hamba yang berlumuran dosa
"Muhammad Alfaruq"